BREAKING NEWS

Sunday, June 23, 2019

[UAS] Jelajah Sentra Olahan Gudeg di Kampung Wijilan Yogyakarta

Daerah Istimewa Yogyakarta identik dengan makanan khasnya yaitu gudeg. Gudeg sendiri merupakan makanan khas Yogyakarta dan Jawa Tengah yang terbuat dari nangka muda (gori) yang dimasak dengan santan hingga berjam-jam. Gudeg biasanya dimakan bersama  dengan berbagai macam lauk pauk seperti telur, krecek, ayam, tempe dan tahu bacem. Rasa gudeg biasanya manis dan juga ada tambahan rasa gurih karena campuran bumbu areh (santan kental). Di Yogyakarta, salah satu pusat kuliner dan oleh-oleh gudeg yang terkenal adalah Sentra Gudeg Wijilan yang terletak dekat dengan Kompleks Keraton Yogyakarta. Ada kurang lebih 12 kios yang menjajakan gudeg sebagai menu utama mereka. Warung-warung Gudeg Wijilan mulai buka pukul 04.30 hingga pukul 20.00 setiap harinya.


Gapura Selamat Datang Sentra Makanan Khas Gudeg Wijilan


Awal mula terbentuknya Sentra Gudeg Wijilan yaitu ketika seorang penjual bernama Ibu Slamet merintis usaha warung gudeg pada tahun 1942. Selang beberapa tahun, muncul warung gudeg milik Ibu Djuwariah atau Yu Djum dan warung gudeg Campur Sari. Pada tahun 1980, warung gudeg Campur Sari tutup tetapi tempat makan lain seperti warung gudeg Bu Lies beserta warung gudeng lainnya mulai buka di sana dan bertahan hingga saat ini.

Sentra Gudeg Jalan Wijilan Yogyakarta


Gudeg di daerah Wijilan memiliki rasa yang khas. Gudegnya adalah jenis gudeg kering dengan rasa manis. Sebagai lauk pelengkap, daging ayam kampung dan telur bebek yang dipindang kemudian direbus. Sedangkan rasa pedasnya datang dari paduan sayur tempe dan sambal krecek. Disana beberapa penjual tidak keberatan menunjukkan cara memasak gudeg kepada para pengunjung.


Sentra Gudeg Bu Nur


Gudeg di sentra ini juga cocok menjadi buah tangan karena tidak mudah basi dan mampu bertahan selama tiga hari. Berbeda dengan gudeg Solo yang basah, gudeg di kawasan ini justru kering karena tidak menggunakan areh yang diencerkan. Areh merupakan kuah santan kental yang biasanya disajikan dengan cara disiram di atas nasi atau lauk. Di daerah lain seperti Solo, areh yang dipakai berbentuk cair sehingga tak kering seperti gudeg Wijilan.


Kemasan untuk membungkus gudeg pun dapat dipilih sesuai selera, misalnya dikemas menarik dengan menggunakan ‘besek’ (tempat dari anyaman bambu) atau menggunakan ‘kendil’ (guci dari tanah liat yang dibakar) dapat pula dibungkus menggunakan dos (kardus). Harga yang dipatok cukup variatif, mulai dari Rp 13.000,00 - Rp.160.000,00, tergantung lauk dan jenis kemasan yang dipilih.

Lauk gudeg meliputi krecek, telur, ayam, tahu, tempe

Pada buku Syafaruddin Murbawono yang berjudul Monggo Mampir: Mengudap Rasa Secara Jogja (2009) menyebut bahwa gudeg Wijilan dahulu juga dipakai sebagai ubo rampe keluarga Kerajaan Kasultanan Yogyakarta saat melakukan kembul bujono. Kembul bujono adalah istilah untuk menamai kegiatan makan bersama-sama dengan menggunakan daun pisang sebagai alasnya. Tak hanya mengisi perut, aktivitas ini juga melambangkan kekompakan dan kerukunan.

Post a Comment